Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Sejarah Indonesia dengan judul Sejarah “Perang Batak”.
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Agustina selaku guru Sejarah Indonesia yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu
mendukung kelancaran tugas kami, serta pada tim anggota kelompok 8 “Delapan”
yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Makalah Sejarah Perang Batak ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Sejarah Indonesia yang dibimbing oleh Ibu Agustina.
Dalam makalah dengan tema Sejarah Perang Batak ini, kami akan membahas tentang Raja sisingamangajara XII yang sangat menentang penyebaran agama kristen.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
Makalah Sejarah Perang Batak ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Sejarah Indonesia yang dibimbing oleh Ibu Agustina.
Dalam makalah dengan tema Sejarah Perang Batak ini, kami akan membahas tentang Raja sisingamangajara XII yang sangat menentang penyebaran agama kristen.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
Cangadi,22
Oktober 2014
Penyusun
Ketua Kelompok
“Wanda perdana”
Daftar Isi
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I
Pendahuluan………………………………………………………………..1
A.
Latar
belakang………………………………………………………….....1
B.
Rumusan masalah…………………………………...............................1
Bab
II
Pembahasan……………………………………….................................2
1.
Sisingamangaraja XII…………………………………………………...............2
2.
Faktor yang menyebabkan terjadinya perang
batak………………………………………………………………………................4
3.
Jalannya perang batak………………………………………………...............4
4.
Akhir perang……………………………………………………………...............6
5.
Dampak perang…………………………………………………………..............8
Bab
III
Penutup………………………………………………….........................9
C.
Kesimpulan………………………………………………………….……...9
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….……..10
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Sejak Belanda mencerngkramkan kekuasaannya di
Nusantara, sejak saat itu pula kehidupan masyarakat Nusantara ditentukan oleh
keadaan politik yang terjadi di negeri Belanda dan Eropa. Berbagai kebijakan
yang ditetapkan oleh Belanda, semata-mata semuanya adalah untuk mencari
keuntungan untuk pihak Belanda sendiri, sedangkan rakyat Indonesia yang
dikuasai mengalami penderitaan yang cukup hebat karena harus menanggung
kebijakan yang menyengsarakan tersebut.
Selain melakukan kebijakan yang bertujuan untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya di tanah jajahan, Belanda juga melakukan
politik Pax Nederlandica dan mendukung kegiatan kristenisasi yang dilakukan
oleh para misionaris. Kedua hal tersebut dilakukan Belanda dalam rangka
melanggenkan kekuasaannya di Nusantara. Maka beragam reaksi perlawan dilakukan
oleh rakyat atas kebijakan Belanda yang menyengsarakan tersebut dan proses
kristenisasi yang dianggap sebagai sebuah hal yang bertentangan bagi rakyat
Indonesia yang pada saat itu sudah mempunyai agama. Perlawanan tersebut
biasanya dipimpin oleh para pemimpin lokal yang kebanyakan khawatir dengan
politik Pax Nedelandica yang akan merongrong daerah kekuasaannya.
Diantara banyak perlawanan yang dilakukan rakyat
Indonesia beserta pemimpinnya, salah satunya adalah perlawanan Tapanuli atau
perang Tapanuli biasa disebut dengan perang Batak yang berlangsung selama 29
tahun dengan tokoh terkenalnya yaitu Sisingamangaraja XII.
B.Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut rumusan
masalahnya adalah
1) Siapakah Sisingamangaraja XII?
2) Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perang Batak
?
3) Bagaimana jalan perang Batak ?
BAB II
PEMBAHASAN
1)
Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII adalah sosok yang tidak asing
lagi di daftar Nama-Nama Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dinobatkan sebagai
pahlawan nasional tanggal 19 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No
590/1961. Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu.
Ia lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya
bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang. Ayahnya wafat
pada tahun 1876, sehingga Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi penerus
ayahnya di usia yang baru 19 tahun. Gelarnya adalah Sisingamangaraja XII.
Sisingamangaraja berasal dari tiga kata, yaitu ‘si’, ‘singa’, dan ‘mangaraja’.
‘Si’ adalah kata sapaan, ‘singa’ merupakan bahasa Batak yang berarti bentuk
rumah Baka, sedangkan ‘mangaraja’ sama maksudnya dengan kata ‘maharaja’. Jadi
Sisingamangaraja berarti Maharaja orang Batak.
Ada dua versi tentang asal-usul Sisingamangaraja dan
kerjaan Batak. versi pertama mengatakan Sisingamanagaraja adalah keturunan
seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika
itu, yang datang berkeliling ke Sumatera Utara untuk menempatkan
pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820, Raffles
menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai
Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung
terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari
Pagaruyung. Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti
secara teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus
yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin Pagaruyung.
Sedangkan versi kedua berasal dari mitos rakyat yang
diceritakan dalam berbagai versi lagi, namun secara garis besar versi itu
menyatakan Manghuntal (Sisingamanagaraja I) adalah keturunan Bona Ni Onan
bermarga Sinambela. Sebelum kelahirannya Sisingamaraja I telah diramalkan bahwa
ia adalah titisan dari Batara Guru dan akan menjadi seorang raja besar. Setelah
dewasa Manguntal akhirnya menjadi raja setelah berhasil mencabut keris yang
bernama Piso Gaja Dompak (Pisau Gajah Penangkal). Piso Gaja Dompak dinyakini
tidak akan bisa dicabut dari sarungnya oleh seseorang yang tidak memiliki
kesaktian, kecuali oleh orang yang memiliki kesaktian dan orang yang menjadi
titisan Batara Guru (orang yang memang sudah ditakdirkan menjadi Raja).
Berikut ini adalah silsilah Raja Sisingamangaraja
dari urutan 1 sampai ke 12 adalah sebagai berikut:
1. Raja Manghuntal / Sisingamangaraja I
2. Raja Tinaruan / Sisingamangaraj II
3. Raja Itubungna / Sisingamangaraja III
4. Sori Mangaraja / Sisingamangaraja IV
5. Ampallongos / Sisingamangaraja V
6. Amangulbuk / Sisingamangaraja VI
7. Ompu Tuan Lombut / Sisingamangaraja VII
8. Ompu Sotarunggal / Sisingamangaraja VIII
9. Ompu Sohalompoan / Sisingamangaraja IX
10. Ompu Tuan Na Bolon / Sisingamangaraja X
11. Ompu Sohahuaon / Sisingamangaraja XI
12. Patuan Bosar / Sisingamangaraja XII
Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam
sebuah pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu
desa yang namanya Si Onom Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Dairi yang sekarang. Sebuah peluru menembus dadanya, akibat tembakan
pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel. Turut gugur waktu itu
dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya Lopian. Sementara
keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung. Sisingamangaraja XII sendiri
kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung,
setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba.
Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige
sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh Pemerintah, Masyarakat dan keluarga.
2)
Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perang Batak
a). Sebab umum.
- Adanya tantangan raja Batak Tapanuli yang masih menganut agama Batak kuno (Animisme dinamisme) atas penyebaran agama Kristen di Tapanuli.
- Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan Zending untuk menguasai daerah Tapanuli.
- Alasan yang digunakan Belanda untuk menindas pejuang Padri dan pemimpin-pemimpin Aceh banyak melarikan diri ke daerah Tapanuli.
b). Sebab Khusus.
Penolakan Raja Si Singamangaraja ke-XII atas penyebaran agama Kristen di daerah Tapanuli.
- Adanya tantangan raja Batak Tapanuli yang masih menganut agama Batak kuno (Animisme dinamisme) atas penyebaran agama Kristen di Tapanuli.
- Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan Zending untuk menguasai daerah Tapanuli.
- Alasan yang digunakan Belanda untuk menindas pejuang Padri dan pemimpin-pemimpin Aceh banyak melarikan diri ke daerah Tapanuli.
b). Sebab Khusus.
Penolakan Raja Si Singamangaraja ke-XII atas penyebaran agama Kristen di daerah Tapanuli.
Perang Tapanuli (1878-1907) terjadi karena kebijakan
Belanda di Nusantara, dan berlaku juga di Tapanuli, membuat rakyat mengalami
penderitaan yang hebat. Banyak para petani yang kehilangan tanah dan
pekerjaannya karena diberlakukannya politik liberal yang membebaskan kepada
para pengusaha Eropa untuk dapat menyewa tanah penduduk pribumi. Dan dalam
pelaksanaanya banyak penduduk pribumi yang dipaksakan untuk menyewakan tanahnya
dengan harga murah. Untuk itu Sisingamangaraja mengadakan perlawanan terhadap
Belanda.
Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII
mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
1. Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
2. Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen
di Tapanuli dan sekitarnya
3. Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax
Netherlandica.
Sedangkan penyebab khusus perlawanan adalah
kemarahan sisingamangaraja atas penempatan pasukan Belanda di Tarutung.
3)
Jalannya Perang Batak
Sampai abad ke-18, hampir seluruh Sumatera sudah
dikuasai Belanda kecuali Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi
merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda.
Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja
Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri semua yang “terbeang” atau
ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang terkenal anti
perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan.
Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan
Bahal Batu meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman
diusir oleh Singamangaraja XII. Kemudian pemerintah Belanda dan para penginjil
sepakat untuk tidak hanya menyerang markas Sisingamangaraja XII di Bangkara
tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba.
Pada tanggal 6 Februari 1878 pasukan Belanda sampai
di Pearaja, tempat kediaman penginjil Ingwer Ludwig Nommensen. Kemudian beserta
penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai penerjemah pasukan Belanda terus
menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan. Namun kehadiran tentara
kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian mengumumkan
pulas (perang) pada tanggal 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos Belanda di
Bahal Batu mulai dilakukan.
Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle
bersama tambahan pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara
dari Sibolga. Pada tanggal 1 Mei 1878, Bangkara pusat pemerintahan
Sisingamangaraja diserang pasukan kolonial dan pada 3 Mei 1878 seluruh Bangkara
dapat ditaklukkan namun Singamangaraja XII beserta pengikutnya dapat
menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi. Sementara para raja yang
tertinggal di Bangkara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan
tersebut dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia-Belanda.
Walaupun Bangkara telah ditaklukkan, Singamangaraja
XII terus melakukan perlawanan secara gerilya, namun sampai akhir Desember 1878
beberapa kawasan seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta Ginjang, Gurgur
juga dapat ditaklukkan oleh pasukan kolonial Belanda.
Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII
menjalin hubungan dengan pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh
beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Dia berangkat ke
wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut serta pula dalam
latihan perang Keumala. Karena Belanda selalu unggul dalam persenjataan, maka
taktik perang perjuangan Batak dilakukan secara tiba-tiba, hal ini mirip dengan
taktik perang Gerilya.
Pada tahun 1888, pejuang-pejuang Batak melakukan
penyerangan ke Kota Tua. Mereka dibantu orang-orang Aceh yang datang dari
Trumon. Perlawanan ini dapat dihentikan oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh
J. A. Visser, namun Belanda juga menghadapi kesulitan melawan perjuangan di
Aceh. Sehingga Belanda terpaksa mengurangi kegiatan untuk melawan
Sisingamangaraja XII karena untuk menghindari berkurangnya pasukan Belanda yang
tewas dalam peperangan.
Pada tanggal 8 Agustus 1889, pasukan
Sisingamangaraja XII kembali menyerang Belanda. Seorang prajurit Belanda tewas,
dan Belanda harus mundur dari Lobu Talu. Namun Belanda mendatangkan bala
bantuan dari Padang, sehingga Lobu Talu dapat direbut kembali. Pada tanggal 4
September 1889, Huta Paong diduduki oleh Belanda. Pasukan Batak terpaksa
ditarik mundur ke Passinguran. Pasukan Belanda terus mengejar pasukan Batak
sehingga ketika tiba di Tamba, terjadi pertarungan sengit. Pasukan Belanda
ditembaki oleh pasukan Batak, dan Belanda membalasnya terus menerus dengan
peluru dan altileri, sehingga pasukan Batak mundur ke daerah Horion.
Sisingamangaraja XII dianggap selalu mengobarkan perlawanan
di seluruh Sumatra Utara. Kemudian untuk menanggulanginya, Belanda berjanji
akan menobatkan Sisingamangaraja XII menjadi Sultan Batak. Sisingamangaraja XII
tegas menolak iming-iming tersebut, baginya lebih baik mati daripada
menghianati bangsa sendiri. Belanda semakin geram, sehingga mendatangkan regu
pencari jejak dari Afrika, untuk mencari persembunyian Sisingamangaraja XII.
Barisan pelacak ini terdiri dari orang-orang Senegal. Oleh pasukan
Sisingamangaraja XII barisan musuh ini dijuluki “Si Gurbak Ulu Na Birong”.
Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus bertarung. Panglima Sarbut
Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar, sedang Belanda menyerbu Lintong
dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat Situmorang. Tetapi Sisingamangaraja XII
menyerang juga ke Lintong Nihuta, Hutaraja, Simangarongsang, Huta Paung,
Parsingguran dan Pollung. Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal
Amandopang Manullang tertangkap. Dan tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat
Khusus Raja Sisingamangaraja XII, Guru Somaling Pardede juga ditawan Belanda.
Ini terjadi pada tahun 1906.
Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel
Macan atau Brigade Setan mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi
Sisingamangaraja XII tidak bersedia menyerah. Ia bertempur sampai titik darah
penghabisan. Boru Sagala, Isteri Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan
Belanda. Ikut tertangkap putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil.
Raja Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII
juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam, putri Sisingamangaraja XII dan
lain-lain.
Tahun 1907, di pinggir kali Aek
Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di perbatasan Kabupaten
Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang, gugurlah Sisingamangaraja XII
oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan Kapten Christoffel. Sisingamangaraja XII
gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya
Lopian. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus mengadakan
perlawanan, sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup ditawan,
dihina dan dinista, mereka pun ikut menjadi korban perjuangan. Gugurnya
Sisingamangaraja XII merupakan pertanda jatunya tanah Batak ke tangan Belanda.
4) Akhir
Perang
Yang awalnya pasukan Si Singa Mangaraja
masih melakukan perlawana namun tahun 1900 kekuatan Si Singa Mangaraja semakin
surut. Sehingga perlawanna tidak dikerahkan untuk melakukan penyerangan
sebanyak mungkin melainkan memperthankan diri dari serangan lawan selain
penduduk daerah Dairi dan Pak – Pak Masih setia kepada mereka. Selain itu Belanda juga melakukan gerakan pembasmi
gerakan – gerakan perlawanan yang ada
diSumatera ( Aceh dan Batak). Operasi diketuai oleh Overste Van Daelan yang
bergerak dari Aceh terus ke Batak. Mereka mengadakan pengepungan dan mebakar
kamung – kampung yang membangkan pertempuran semakin sengit antara kedua belah
pihak.
Pada saat Belanda sampai di daerah
pak – Pak dan Dairi pasukan Si Singa
Mangaraja semakin terkepung sedangkan di lain pihak hubungan mereka dengan Aceh
sudah terputus. Denga terdesaknya
pasukan Si Singa Mangaraja merka terus berpindah – pindah dari satu
tempat ketempat yang lain untuk menyelamatkan diri. Tahun 1907 pengepungan yag
dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singa Mangaraja dilakukan secara
intensif yang dipimpin oleh Hans
Christoffel.
Dimulai menelusuri jejak Si Singa
Mangaraja oleh Belanda namun merak gagal menangkap Si Singa Mangaraja dan anak
istri Si Singa Mangaraja ditawan oleh Belanda. Boru Situmorang ibu Si Singa Mangaraja
tertangkap dan dijadikan tawanan perang oleh Belanda sementara itu Si Singa
Mangaraja belum juga mneyerahkan diri dan belanda terus mencari sampai tanggal 28 Mei pihak belanda
mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada di Barus maka Wenzel menarahkan pasukan untuk
menangkapnya tetapi tidak berhasil.
4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui
bahwa Si Singa Mangaraja berada di Penegen dan Bululage dan mereka melakukan
pengerebekan melalui Huta Anggoris yang tak jauh dari panguhon. Ternyata Si
Singa Mangaraja telah meninggalkan tepat itu sebelum mereka datang. Si Singa
Mangaraja terus menyikir ke darah Alahan
sementara itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu Simbolon,
Bongkaras dan Komi. Banyak penduduk sekitar ditangkap karena dicurigai bekerjasma
dengan Si Singa Mangaraja. Berbagai usaha yang dilakukan Belanda tanggal 17
jJuni 1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon ( derah Dairi ) dalam
keadaan lemah Si Singa Mangaraja dan pasukanya terus mengadakan perlawanan.
Dalam peristiwa Si Singa Mangaraja tertebak oleh Belanda sehingga pada saat itu
Si Singa Mangaraja mati terbunuh ditempat. Disaat yang bersamaan anak perempuan
dan dua putra laki – lakinya juga gugur sedankan istri, ibu dan putra – putra masih menjadi tawana perang
oleh Belanda . dengan gugurnya Si Singa Mangaraja maka seluruh daerah Batak
menjadi milik Belanda. Sejak saat itu
kerja rodi didaerah ini meraja lelah struktur tradisional masyarakat semaki
lama semakin runtuh.
5)
Dampak Perang
Orang batak banyak terbunuh dan
banyak kerugian yang ditimbulkam, rumah – rumah hancur dibakar, agama Keristen
saat itu meraja lelah tampa ada halangan dari pihak manapun sedangkan pihak
Belanda mengalami kebangkrutan dana yag disebakan karena saat bersamaan Belanda
juga menghadapi Aceh yang begitu kuat sehingga didatang pasukan – pasukan dari
luar yang dibayar mahal.
a). Bidang
Politik.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
b). Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil perkebunannya seperti tembakau.
c). Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan berubahnya keyakinan masyarakat sebelumnya.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
b). Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil perkebunannya seperti tembakau.
c). Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan berubahnya keyakinan masyarakat sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
c.Kesimpulan
Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan
Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni
1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru
Situmorang. Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi penerus ayahnya di usia
yang baru 19 tahun setelah ayahnya wafat pada tahun 1876.
1.
Perang
Batak yang terjadi selama 29 tahun yang berawal dari ketidak sukaan Si Singa
Mangaraja terhadap Belanda yang sengaja menyebarkan agama keristen yang
mengakibatkan Si Singa Mangaraja melakukan perlawan karena takut Belanda menguasai daerah tesebut secara luas
lagi sehingga ia takut peranya sebagai pemimpin dapat disingkirkan oleh Belanda
disisi lain Si Singa Mangaraja sebagai pemimpin juga takut Belanda mempengaruhi
rakyat dan bisa berubah struktur kebuadayaan yang ada disana. Perperangan demi
perperangan yang terjadi sangat merugikan bagi rakyat Batak. Perperangan yang
berlangsung sangat lama berhasil dimenangkan oleh Pihak Belanda dengan gugurnya
Si Singa Mangaraja di medan perang. Sehingga Belanda berhasil menduduki daerah
Batak keseluruhannya.
2. Berikut
beberapa alasan Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
a) Pengaruh
Sisingamangaraja semakin kecil.
b) Adanya
Zending atau misi penyebaran agama kristen di Tapanuli dan sekitarnya
c) Belanda
memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandica.
3. Perang ini diawali dengan permintaan bantuan
para misionaris di Silindung dan Bahal Batu kepada pemerintah kolonial Belanda
dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Dan berakhir dengan gugurnya
Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda
di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro,
Marwati Djoened dan Nugroho Noto S. 1984.
Sejarah Nasional Jilid VI.Jakarta
: balai Pustaka
Dekker,Nyman.1975.Sejarah
Indonesia dalam Abad XIX.YPTP Ikip Malang : Amamater
Sidjabat,Bonar.1982.
Ahu Si Singamangaraja. Jakarta : Kintamani Ofset
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDengan penaklukan Tapanuli maka lengkaplah seluruh area nusantara dikuasai Belanda
BalasHapusmakasihh berguna bangett
BalasHapusartikel ini sangat membantu
BalasHapusterimakasih
Sejarahnya garis besar saja, kapan pernah si singa Mangaraja jadi raja orang Batak dan siapa yang mengukuhkanya ??
BalasHapusmbahku nopoto
HapusSisingamangaraja Mangaraja rajanya siapa ? Batak orang bebas TDK pernah dikuasai
BalasHapusayo subscribe chanelku GAMERZ KING cuk
BalasHapusdont subscribe t series
BalasHapusDi lain sisi dikatakan bahwa SISINGAMANGARAJA XII tidak mempunyai istri dan anak, ibunya juga tidak di ketahui siapa, dan dikatakan ia mempunyai ilmu sakti Batak yang membuat
BalasHapusDia dapat menyembunyikan sebuah kampung dan Ia tidak dapat terlihat, saat ia mau perang, adik perempuannya mengikutinya dan tertembak, lalu saat SISINGAMANGARAJA XII melihat adiknya ia lalu memeluk adiknya yg penuh darah dan menangis. Saat ia terciprat darah itulah yng membuat ilmunya hilang lalu ia dapat dilihat Belanda, disitulah dia tertembak..namun hanya dia yang di ceritakan gugur tanpa putri ataupun putra
Sekian
bagus makalahnya
BalasHapus